Hasanal-Basri, benar-benar seorang, yang senantiasa dirinya terikat dengan akhirat. Jalan hidupnya penuh dengan ketaqwaan.Ia tidak ingin mengotori dengan prenik-prenik kenikmatan yang menipu, dan membuatnya terjatuh dalam murka-Nya. Ketika Hasan al-Basri sedang sakit, saudara-saudaranya dan teman-temannya yang menjenguk merasa heran. Dengandemikian, jika manusia ingin menjadi termasuk ke dalam orang-orang yang ditakdirkan bahagia di akhirat, maka hendaknya mereka beramal (berbuat) dengan mengikuti perintah dan larangan yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW ketika menjalani hidupnya di dunia.". 1 19 Desember 2021 04:46. Mengapa orang berilmu harus beriman pula? karena ilmu dan iman merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, ilmu dan iman merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi, iman tanpa ilmu, kita tidak dapat mewujudkan keimanan kita sedangkan ilmu tanpa iman, ilmu kita tidak bermanfaat Ilmu adalah salah satu bagian vital dari kehidupan manusia yang bisa menjadi MencariMakna Hidup Yang Benar. Untuk menemukan makna hidup yang benar, maka kita perlu merujuk ke rujukan yang dijamin kebenarannya yang tiada lain adalah Al Quran yang merupakan firman Allah Yang Menghidupkan semua manusia. Tentu saja, Allah Subhaanahu Wa Ta'ala yang paling mengetahui tentang hidup kita termasuk makna hidup kita. SemakinRajin Beramal. Fungsi iman kepada hari akhir yang keempat yakni membuat seseorang menjadi semakin rajin dalam beribadah. Dengan percaya pada hari akhir, seseorang akan menjadi lebih rajin mengerjakan amal ibadah, baik yang wajib mau pun yang sunnah, karena dirinya tidak ingin sampai lengah untuk mempersiapkan kehidupan di akhirat. MenyeimbangkanUrusan Dunia dan Akhirat. Abi Abdul Jabbar. 13 August 2020. rubrik: Islamika, Renungan Hati. A Muslim woman prays in her home. MADANINEWS.ID, JAKARTA — Suatu ketika Nabi Muhammad mendengar kabar bahwa Abdullah bin Amr bin Ash berpuasa setiap hari, serta selalu salat malam, kemudian Nabi bertanya kepadanya:" apakah kamu Andakatakan "Orang menguasai ilmu agama dan bahasa arab seharusnya bisa mengeluarkan manusia dr gelap kpd cahaya", ==== benar sekali mas, orang yang berilmu harus bisa mengajak orang untuk berbuat kebaikan, memperbanyak ibadah, mengajak untuk lebih mengenal Allah dan Rasulullah, untuk lebih mencintai Allah dan Rasulullah, bukan malah DENGANNIAT, AMAL DUNIA JADI LADANG AKHIRAT Oleh Ustadz DR. Arifin Badri MA PENDAHULUAN Segala puji hanya milik Allâh Subhanahu wa Ta'ala , shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kelurga dan sahabatnya. Allâh Azza wa Jalla telah menggariskan bahwa kehidupan umat manusia bukan hanya sekali, namun dua kali. Akantetapi , dunia juga tempat yang Allah berikan untuk di jadikan manusia sebagai ladang amal mereka untuk menuju kehidupan yang kekal ( akhirat) , ladang yang selalu mereka rawat sehingga menghasilkan tanaman yang berkualitas , merekalah orang orang yang hatinya teguh dalam ketaaatan kepada Allah , mereka beramal semata mata mencari ridho Riya adalah beramal agar dilihat oleh orang lain dan ingin tenar dengan amalannya. Sedangkan beramal untuk tujuan dunia adalah banyak melakukan amalan seperti shalat, puasa, sedekah dan amalan sholeh lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan balasan segera di dunia semacam mendapat rizki yang lancar dan lainnya. Khutbaholeh Syeikh Sulaiman Fifi. Dunia memang sedang bermasalah dengan moralitas. Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi dibangga-banggakan, sementara ilmu agama ditinggalkan, umat manusia mengalami kemerosotan moral sekaligus peradaban. Agar selamat dunia dan akhirat, umat Islam harus meningkatkan ketaqwaannya kepada Alloh Subhaanahu Wa Ta Bagaimanapandangan islam terhadap sumber daya manusia Jelaskan pengertian Mazhab Fiqih, dalam tinjauan Filsafat, Politik, dan Sejarah! Assalamualaikum,saya wanita berusia 30 tahun yg belum dipertemukan dg sudah lumayan bagus&fisik bisa dibilang oke. Adapunkehidupan akhirat adalah kehidupan hakiki. Di dalamnya terdapat semua elemen kehidupan, yaitu keabadian, kebahagiaan, keselamatan, dan kegembiraan. la adalah kehidupan hakiki, yang ketika manusia menyaksikan kenyataan-kenyataannya, niscaya ia mengatakan, "Duhai andaikata dulu aku melakukan amal sholih untuk hidupku ini.". Setiaporang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat adalah sebuah keniscayaan dan saya menjawabnya dari sudut pandang keimanan saya. Sebagai seorang Nasrani, firman Allah telah diwahyukan lewat para nabi dan Rasul {termasuk hukum taurat (perintah/larangan Allah)}. Artinya, bahwa Allah sudah memberikan petunjuk kepada manusia Jawaban(1 dari 2): Belajar itu sebenarnya sudah hakekatnya. Contohnya aja dari waktu kecil atau masih bayi, untuk bisa berjalan kita harus merangkak dulu, berdiri, baru bisa berjalan, karna semua itu butuh proses. Nah prosesnya itu ya belajar tadi. Belajar adalah proses bagaimana kita meningk 2exP. OLEH HASANUL RIZQA Dunia yang kita tempati sekarang bersifat sementara. Begitu habis jatah usia, setiap manusia akan meninggalkan alam fana menuju akhirat. Islam mengimbau agar kaum beriman lebih banyak merenungi negeri akhirat daripada hanyut dalam ingar-bingar duniawi. “Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” QS al-An’am 32. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku tidak memiliki kecenderungan kecintaan terhadap dunia. Keberadaanku di dunia bagaikan seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkan pohon itu.” HR Tirmidzi. Segera Beramal Nasihat Rasulullah SAW menyiratkan, kaum Muslimin semestinya memanfaatkan dunia untuk kepentingan akhirat. Bukan malah sebaliknya, yakni memburu dunia dengan menjual iman dan Islam. Padahal, keduanya adalah bekal terpenting setiap insan di negeri akhirat kelak. Nabi SAW menyuruh umatnya untuk tidak menunda-nunda amal saleh sepanjang hayat masih dikandung badan. Apalagi, tanda akhir zaman satu per satu tampak. Di antaranya adalah kemunculan penjual agama. “Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum datangnya berbagai fitnah yang seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pada waktu pagi, seorang masih beriman, tetapi di sore hari sudah menjadi kafir; dan pada waktu sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan sekeping dunia” HR Muslim. Lekas Bertobat Nilai umur seseorang tidak terletak pada kuantitasnya, melainkan kualitas dan keberkahannya. Bagi orang beriman, usia adalah durasi hidup yang diberikan Allah SWT untuk beribadah. Namun, manusia umumnya cenderung lalai dari mengingat dosa dan kesalahan. Padahal, Allah Mahateliti lagi Maha Menyaksikan. Tobat merupakan jalan untuk menghapus dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan. “Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu.” QS at-Tahrim 8. Selagi masih diberi jatah usia, manfaatkanlah waktu di dunia untuk memperbanyak istighfar. Dan, jangan berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Sebab, Dia menyukai hamba-hamba-Nya yang bersegera dalam bertobat. “Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri” QS al-Baqarah 222. Seimbang Mengutamakan akhirat tidak berarti mengabaikan dunia. Ibaratnya, akhirat adalah padi, sedangkan dunia itu rumput. Tanamlah padi, maka rumput akan tumbuh di sekitarnya. Bila menanam rumput belaka, jangan harap akan tumbuh padi di dekatnya. Maknanya, fenomena dunia bagi orang-orang saleh itu datang tanpa perlu diundang. Mereka meyakini, Allah mencukupkan rezeki bagi hamba-hamba-Nya di dunia. Karena itu, tak ada rasa gundah-gulana dalam hatinya mengenai perkara-perkara duniawi. Islam mengajarkan keseimbangan. Jangan sampai seorang Muslim melupakan bagiannya yang halal dan baik di dunia. “Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi” QS al-Qasas 77. Di antara atsar yang lumrah disebarkan sebagai hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah perkataan, اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا Artinya Beramallah untuk kehidupan duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk kehidupan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari. Di dalam riwayat lainnya disebutkan dengan menggunakan lafaz احْرُثْ yang bermakna bekerjalah atau berusahalah sebagaimana banyak disebutkan oleh ulama bahasa yang mengarang kitab lughah atau mu’jam Bahasa Arab, tatkala mereka ber-istisyhad untuk lafaz Al-Harts dengan perkataan di atas sebagai hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Al-Jauhari rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Shihaah الحَرْثُ كَسْبُ الماَلِ وَجَمْعُهُ. وَفِيْ الحَدِيْثِ احْرُثْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً Artinya Al-Harts maknanya mencari harta dan mengumpulkannya, sebagaimana disebutkan dalam hadis bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup Hal yang sama juga dilakukan oleh Ibnu Faris dalam kitabnya Mujmal Al-Lughah, Ibnul Atsir dalam kitabnya Al-Nihayah fi Garib Al-Hadits Wal-Atsar, Ibnu Mandzur dalam kitabnya Lisan Al-Arab, dan ulama lainnya. Kemasyhurannya menyebabkan ia dinisbatkan kepada hadis Nabi, hingga Syaikh Abdul Karim Al-Amiry Al-Ghazzy tidak menyebutkannya dalam kitabnya Al-Jidd Al-Hatsits Fi Bayan Maa Laisa Apabila diteliti lebih lanjut, perkataan ini sebenarnya diriwayatkan secara marfuk kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan diriwayatkan pula secara maukuf dari perkataan Abdullah bin Amru radiyallahu anhuma. Al-Baihaqi dalam kitabnya Al-Sunan Al-Kubra 3/28 meriwayatkannya dari jalur Abu Shalih, dari Al-Laits, dari Muhammad bin Ajlan, dari Maula Umar bin Abdul Aziz, dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda dengan lafaz اعْمَلْ عَمَلَ امْرِئٍ يَظُنُّ أَنْ لَنْ يَمُوتَ أَبَدًا، وَاحْذَرْ حَذَرًا يَخْشَى أَنْ يَمُوتَ غَدًا Artinya Beramallah dengan amalan seorang yang menganggap bahwa ia tidak akan mati selamanya, dan berhati-hatilah dengan kehati-hatian seorang yang takut bahwa ia akan mati esok Sanad hadis ini lemah karena dua illah atau sebab, pertama adanya seorang rawi yang majhul atau tidak dikenal dalam sanadnya yaitu Maula Umar bin Abdul Aziz, kedua lemahnya perawi yang bernama Abu Shalih Abdullah bin Shalih, alias tukang tulis Al-Laits yang memiliki kelemahan karena ia meriwayatkan hadis-hadis munkar yang tidak pernah ia dapatkan dari guru-gurunya, disebabkan adanya permusuhan antara ia dengan tetangganya sehingga tetangganya membuat makar atasnya dengan menulis hadis-hadis palsu pada sebuah buku yang menyerupai tulisan Abdullah bin Shalih dan melemparkannya ke tumpukan kitab-kitabnya. Akhirnya Abdullah menganggap bahwa isi buku itu adalah hadis-hadis yang telah ia dapatkan dari gurunya, kemudian ia meriwayatkannya kepada murid-muridnya. Adapun riwayat maukuf dari perkataan sahabat Nabi, maka ia dia diriwayatkan Ibnu Qutaibah dalam kitabnya Gharib Al-Hadits 1/2864, dari Al-Sijistani, dari Al-Ashma’i, dari Hammad bin Salamah, dari Ubaidullah bin Al-Aizar, dari Abdullah bin Amru radiyallahu anhuma bahwasanya beliau mengatakan, “Beramallah untuk kehidupan duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk kehidupan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari.” Dalam sanad riwayat maukuf ini terdapat Ubaidullah bin Al-Aizar yang disebutkan biografinya oleh Imam Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Tarikh Al-Kabir 5/3945, Ibnu Abi Hatim dalam Al-Jarh Wa Al-Ta’dil 5/3306, Ibnu Hibban dalam Al-Tsiqaat 7/1487, dan ulama lainnya, bahwa ia adalah Ubaidullah bin Al-Aizar Al-Mazini Al-Bashri dan di-tsiqah-kan oleh Yahya bin Sa’id Al-Qaththan. Dijelaskan pula bahwa ia meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, Sa’id bin Jubair, dan ulama lainnya dari kalangan tabiin sehingga nampak bahwa sanad riwayat ini lemah karena ia munqathi’ atau terputus. Hal yang menguatkan terputusnya riwayat maukuf ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-Haitsami dalam kitab Zawaid Musnad Al-Harits 2/983 dari Ubaidullah bin Al’Aizar bahwa ia bertemu dengan seorang syekh yang berusia lanjut di daerah Al-Raml, kemudian ia bertanya, “Apakah engkau pernah bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?” Syekh itu menjawab, “Ya.” Ia kembali bertanya, “Siapa sahabat tersebut?” Dijawabnya, “Abdullah bin Amru.” Kemudian syekh itu menyampaikan perkataan Abdullah, “Beramallah untuk kehidupan duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk kehidupan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari.”8 Dalam riwayat di atas nampak bahwa Ubaidullah bin Al-Aizar meriwayatkan perkataan Abdullah bin Amru tersebut dari seorang syekh yang mubham atau tidak diketahui siapa orangnya, sehingga riwayat ini menjadi lemah karenanya. Dari pemaparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perkataan ini diriwayatkan secara marfuk dan maukuf, namun kedua-duanya datang melalui jalur yang lemah dan tidak sahih. Karena itu Syekh Albani menghukumi hadis ini dengan mengatakan, “Hadis ini tidak memiliki dasar hadis secara marfuk kepada Nabi shallallahu alaihi Demikian halnya Syekh Al-Utsaimin yang menghukuminya sebagai hadis Adapun makna hadis ini maka bagian keduanya yaitu وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا “Dan beramallah untuk kehidupan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari” memiliki makna yang sahih agar senantiasa termotivasi untuk beramal dan menyiapkan diri guna menyongsong kehidupan akhirat kelak. Makna ini juga dijelaskan oleh banyak dalil syar’i dari Alquran dan hadis-hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, seperti firman Allah dalam Al-Qashash 77 وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ ٧٧ Terjemahnya Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi. Sedangkan bagian pertama hadis ini yaitu اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا “Beramallah untuk kehidupan duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya” maka terdapat makna yang sahih dan makna yang keliru. Makna yang sahih apabila dipahami bahwa perkataan ini merupakan ajakan untuk senantiasa melakukan sebab-sebab dimudahkannya rezeki dari Allah dan berusaha memakmurkan kehidupan dunia pada perkara yang diridai oleh Allah subhanahu wa ta’ala atau dipahami bahwa perkataan ini merupakan ajakan untuk zuhud terhadap kehidupan dunia dan tidak bersegera pada perkara dunia, karena apabila seseorang hidup selamanya niscaya apa yang tidak ia dapatkan hari ini maka akan ia dapatkan esok. Sedangkan makna yang keliru adalah apabila dipahami bahwa ia merupakan ajakan untuk menikmati kehidupan dunia dengan segala perhiasannya, serta memperturutkan hawa nafsu dan cinta pada dunia. Ibnul Atsir rahimahullah menjelaskan bahwa makna zahir dari perkataan ini bahwa untuk kehidupan dunia maka ia merupakan ajakan untuk memakmurkannya dan orang-orang yang hidup di dalamnya, agar umat yang datang pada masa mendatang mendapatkan manfaat dari apa yang dilakukan saat ini, sebagaimana mereka yang hidup saat ini mendapatkan manfaat dari orang-orang sebelumnya. Karena jika seseorang tahu bahwa ia akan berumur panjang, niscaya ia akan memperbaiki dan memaksimalkan setiap perbuatan dan pekerjaannya. Sedangkan untuk kehidupan akhirat, ia merupakan ajakan untuk senantiasa memiliki keikhlasan dalam setiap amalan kebajikan yang dilakukan dan mendorongnya untuk memperbanyak amal ibadah serta ketaatan kepada Allah. Karena seorang yang tahu bahwa ia akan mati besok niscaya akan meningkatkan ibadahnya, dan ikhlas dalam ketaatan, seperti yang disabdakan Rasulullah dalam hadis lainnya, “Salatlah seperti salatnya orang yang akan berpisah dari kehidupan dunia”.11 Beliau kemudian menjelaskan lagi bahwa menurut sebagian ulama, makna perkataan ini tidaklah sebagaimana zahirnya karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan untuk bersikap zuhud terhadap dunia dan tidak menikmati kelezatan serta perhiasannya. Inilah yang dominan dalam setiap perintah dan larangan beliau terkait kehidupan dunia, sehingga bagaimana mungkin Rasulullah memerintahkan untuk memakmurkan dan menikmati dunia? Karena itu makna yang sahih apabila seorang manusia tahu bahwa ia akan hidup selamanya niscaya ia akan zuhud terhadap dunia sebab apa yang telah ditakdirkan untuknya, jika tidak ia dapatkan hari ini maka ia akan mendapatkannya esok. Adapun untuk akhirat, maka maknanya sebagaimana zahirnya. Al-Azhari rahimahullah menjelaskan bahwa makna perkataan ini berisi ajakan untuk mendahulukan urusan akhirat dari kepentingan dunia karena takut akan dekatnya kematian, dan mengakhirkan urusan dunia karena khawatir apabila tersibukkan dari urusan Mengapa Manusia Harus Beramal untuk Kehidupan Akhirat Kenapa Kebajikan Penting untuk Tujuan Akhirat Mengapa Manusia Harus Beramal untuk Kehidupan Akhirat Kebaikan di Dunia Tidaklah Cukup Akhirat Adalah Tujuan Akhir Manusia Amal Shaleh Membawa Keberkahan Amal Shaleh Sebagai Investasi untuk Masa Depan Pertanyaan Umum Tentang Beramal untuk Kehidupan Akhirat Kesimpulan Related posts Setiap manusia hidup dengan tujuan berbeda-beda. Ada yang hidup hanya untuk mengejar kesenangan dunia, sementara ada pula yang hidup dengan mengutamakan ibadah dan kebaikan untuk kehidupan akhirat. Namun, mengapa manusia harus beramal untuk kehidupan akhirat? Mengapa kebaikan untuk dunia dan kebaikan untuk akhirat tidak bisa disama ratakan? Artikel ini akan membahas tentang pentingnya beramal untuk kehidupan akhirat. Kebaikan di Dunia Tidaklah Cukup Ketika manusia hidup, mereka pasti mengalami kebahagiaan, kesedihan, suka, dan duka. Namun, semua yang dirasakan dapat lenyap begitu saja. Uang, kekayaan, tahta, dan segala kenikmatan dunia tidak akan membawa kebahagiaan dan kepuasan yang abadi. Semuanya hanya sementara. Begitu waktunya tiba, manusia harus meninggalkan semua yang sudah diraih. Dunia hanyalah tempat yang dipinjamkan untuk melakukan kebaikan dan beramal. Kebaikan yang diperbuat di dunia hanyalah sebagai bekal untuk kehidupan selanjutnya, yaitu kehidupan akhirat. Jadi, kebaikan yang diusahakan di dunia hanyalah sebatas usaha untuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Akhirat Adalah Tujuan Akhir Manusia Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah pada Allah SWT dan mencari keridhaanNya. Selama hidup di dunia, manusia harus berusaha sebaik mungkin untuk menggapai tujuan tersebut sehingga pada akhirnya ia bisa mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang abadi. Namun, akhirat bukanlah tujuan akhir buat manusia yang hanya hidup sementara di dunia. Ketika manusia meninggalkan dunia, mereka harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama hidup di hadapan Allah SWT. Kehidupan akhirat adalah tujuan akhir manusia, dan itulah tempat untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang abadi. Amal Shaleh Membawa Keberkahan Amal shaleh merupakan amalan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk menebus dosa dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amal shaleh dapat berupa shalat, zakat, puasa, dan lain sebagainya. Semua amal shaleh yang diperbanyak akan membawa keberkahan dan berbagai kebaikan buat manusia. Kebaikan yang didapatkan dari amal shaleh bukan hanya untuk diri sendiri. Kebaikan ini pun dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar dan masyarakat. Jadi, dengan memperbanyak amal shaleh, tidak hanya memberikan keuntungan untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain sekitar. Amal Shaleh Sebagai Investasi untuk Masa Depan Amal shaleh adalah investasi untuk kehidupan akhirat, sama halnya dengan investasi di dunia nyata. Berinvestasi di dunia nyata umumnya dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa depan. Begitu pula dengan amal shaleh, melalui amal shaleh manusia dapat membangun masa depan yang lebih baik di kehidupan akhirat. Mengumpulkan pahala dari amal shaleh bukanlah sekedar untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan akhirat nanti, namun juga dapat menjadi warisan yang berharga untuk keluarga yang ditinggalkan seseorang. Kebaikan yang diperbanyak oleh seseorang selama hidupnya, dapat menjadi kebaikan yang diturunkan bagi anak dan cucu yang ditinggalkan kelak. Pertanyaan Umum Tentang Beramal untuk Kehidupan Akhirat Q Apakah manusia yang beribadah dan beramal selalu mendapat kebahagiaan dan kemakmuran di dunia? A Tidak selalu, manusia yang beribadah dan beramal masih tetap mengalami kesulitan dan cobaan di dunia. Namun, kesabaran dan keteguhan hati untuk berbuat baik di tengah kesulitan tersebut, justru akan semakin meraih kebahagiaan akhirat yang lebih besar. Q Apa yang seharusnya dilakukan manusia jika sudah merasa terlalu tua untuk beribadah dan beramal shaleh? A Tidak pernah terlambat untuk memperbaiki diri dalam melakukan ibadah dan amal shaleh walaupun beberapa trend telah berubah karena pandemi. Setiap usia manusia dapat beribadah dan melakukan amal shaleh sesuai dengan kemampuannya. Q Apakah manusia yang tidak beramal shaleh akan mendapatkan hukuman di kehidupan akhirat? A Semua perbuatan manusia akan ditimbang di hadapan Allah SWT pada saat perhitungan di hari kiamat. Manusia yang tidak beramal shaleh masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri sebelum terlambat. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk memperbanyak amal shaleh dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Q Apa manfaat dari membantu orang lain di dunia dan akhirat? A Membantu orang lain baik di dunia maupun akhirat membawa berbagai manfaat. Selain menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, segala kebaikan yang diperbuat dapat membawa keberkahan di dunia dan akhirat. Membantu orang lain dapat menjadi amal yang terus berkembang dan mendatangkan pahala yang tidak terhingga di kehidupan akhirat. Kesimpulan Manusia hidup di dunia untuk sementara waktu, sehingga manusia harus membuat persiapan bekal untuk kehidupan selanjutnya, yaitu kehidupan akhirat. Beramal dan berbuat kebaikan adalah usaha untuk mempersiapkan diri menuju kebahagiaan dan kedamaian yang abadi. Kendati harus mengesampingkan kesenangan duniawi, namun segala kebaikan yang diperbuat di dunia tersebut akan menjadi modal yang sangat berharga di kehidupan akhirat. Oleh karena itu, sangat penting bagi manusia untuk memperbanyak amal shaleh dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. - Pada hakikatnya, kematian pasti akan tiba pada setiap orang dan siapapun tidak bisa tahu kapan waktu itu akan datang dan ajal akan menjemputnya. Hanya Allah SWT yang mengetahui kapan waktu terakhir kehidupan seseorang. Karena, kematian atau maut ini menjadi rahasia Allah. Sebagaimana dalam sebuah hadis menjelaskan, “Tiap-tiap yang mempunyai jiwa akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” QS. Ali Imran 185. Lantas, mengapa Allah SWT merahasiakan kematian?. Berikut penjelasannya Supaya Manusia Tidak Cinta Dunia Dunia ini hanya sebagai persinggahan sementara saja dan kehidupan abadi adalah di alam akhirat. Cinta dunia menyebabkan manusia menjadi lupa kehidupan abadinya di akhirat. Dengan mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, bagaimana sebuah bangsa dihancurkan oleh azab Allah sebab karena cinta dunia yang berlebihan dan melupakan akhiratnya. Baca Juga Muslim Wajib Tahu, Ini 6 Perkara Yang Allah Rahasiakan Terhadap Hamba-Nya Rasullullah bersabda “Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir dan akhirat adalah surga bagi orang mukmin dan penjara bagi orang kafir”. Supaya Manusia Menyegerakan Amal Perbuatan baik selayaknya untuk segera dilakukan, jika ditunda maka ditakutkan akan menjadi fitnah dan tidak jadi dilakukan. Seperti sedekah, ketika sedang ada rezeki sebaiknya segerakan untuk menyedekahkan sebagian rezeki Anda dan jika ditunda malah tidak jadi karena digunakan untuk kebutuhan lainnya. Dengan mengingat kematian yang bisa datang kapan saja manusia menjadi lebih ringan dan semangat untuk beramal. Mencegah Perbuatan Maksiat Dengan mengingat kematian manusia akan lebih berkonsentrasi pada kehidupan akhirat, apalagi kematian yang tidak tentu kapan dan di mana. Orang mukmin pasti takut jika kematian menjemputnya pada saat sedang bermaksiat, dengan begitu manusia akan menghindari perbuatan maksiat demi mendapatkan khusnul khotimah. Agar Menjadi Manusia yang Cerdas Manusia yang cerdas adalah manusia yang tahu bahwa kehidupan akhirat adalah kekal abadi dan pilihan surga adalah pilihan yang terbaik. Rasulullah bersabda “Orang yang cerdas adalah yang merendahkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sementara orang bodoh adalah orang yang mengikuti diri pada hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan angan-angan kosong”. مَنْ أَرَادَ وَلِيًّا فاللهُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ أَرَادَ قُدْوَةً فَالرَّسُوْلُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ أَرَادَ هُدًى فَالْقُرْآنُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ أَرَادَ مَوْعِظَةً فَالْمَوْتُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ لاَ يَكْفِيْهِ ذَلِكَ فَالنَّارُ يَكْفِيْهِ "Barangsiapa yang menginginkan pelindung, maka Allah cukup baginya. Barangsiapa yang menginginkan teladan, maka Rasulullah cukup baginya. Barangsiapa yang menginginkan pedoman hidup, maka Alquran cukup baginya. Barangsiapa yang menginginkan peringatan maka kematian cukup baginya. Dan barangsiapa tidak cukup dengan semua itu, maka neraka cukup baginya". Demikian beberapa alasan kenapa Allah SWT merahasiakan datangnya maut atau kematian. Wallahu A'lam.

mengapa manusia harus beramal untuk kehidupan akhirat